Minggu, 25 November 2012

FISIOLOGI HEWAN PERTUMBUHAN


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN







ACARA PRAKTIKUM KE I
PERTUMBUHAN

DISUSUN OLEH :
-          GRAHA PERMANA                  24020111120002
-          AJENG FATRIA                         24020111120010
-           REGITA ANDRIANI                24020111130019
-          ASIH RISMIARTI                      24020111130023
-          YULIANDINI PANGESTIKA 24020111130033
-          DIMAS ZULFIKAR                   24020111130035

LABORATORIUM FUNGSI DAN STRUKTUR HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
SEMARANG 2012
ACARA I
PERTUMBUHAN
I. Tujuan Praktikum
1.      Menggunakan alat untuk mengadakan percobaan pengukuran pertumbuhan.
2.      Mengukur pertumbuhan. (ditambahin hewan apa yang diukur)
3.      Menginterpretasikan data yang diperoleh dari hasil pengukuran.

II.  Tinjauan Pustaka
2.1  Gallus gallus domesticus
Perkembangan ayam buras (Gallus domesticus) atau lebih dikenal dengan
sebutan  ayam  kampung  di  Indonesia  berkembang  pesat  dan  telah  banyak
dipelihara  dan  dibudidayakan  oleh  peternak-peternak  maupun  masyarakat  umum  sebagai  usaha  untuk  pemanfaatan  pekarangan,  pemenuhan  gizi  keluarga  serta meningkatkan pendapatan (Zen, 2008).
Ayam  buras  (Gallus  domesticus)  jantan  berbadan  panjang,  berpostur  dan
penampilan  tegap,  terdapat  taji  baik  runcing  maupun  tumpul,  kedua  sayapnya tertutup  dan  bulu-bulunya  bersih  teratur  rapi,  dadanya  lebar,  mata  tampak  jernih terang,  kaki  kokoh,  sisik-sisiknya  teratur  serta  jengger  dan  pial  berukuran  besar berwarna merah serta tidak keriput (Bambang, 2007).
Menurut Yuwanta (2004), sistematika ayam buras adalah sebagai berikut : 
Phylum: Chordata
          Subphylum: Craniata  
                       Kelas: Aves
                            Ordo: Anseriformes    
                                        Famili: Anatidae
                                                    Subfamili: Anatinae 
                                                                Spesies: Gallus domesticus    
2.2  Tinjauan umum pertumbuhan
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan,(gak boleh dipake di awal kalimat)  perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang sangat penting bagi makhluk hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Tetapi,(gak boleh pake kata sambung diawal kalimat) setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin (Diah, 2007).
Menurut (Diah, 2007), pertumbuhan dan perkembangan pada hewan berbeda-beda antara spesies satu dengan spesies yang lain. Tetapi, pada dasarnya memiliki persamaan tahapan perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1.              Pembelahan Sel
Setelah terjadi fertilisasi (pembuahan sel gamet jantan dan sel gamet betina), terbentuklah zigot. Zigot mengalami pembelahan mitosis secara terus-menerus. Pembelahan ini berlangsung sangat cepat. Sel-sel yang dihasilkan dari pembelahan disebut morula. Morula berkembang menjadi bentuk yang berlubang disebut blastula.
2.              Morfogenesis
(menjorok) Blastula terus mengalami pembelahan sel. Selama pembelahan ini terjadi morfogenesis, yaitu proses perkembangan bentuk berbagai bagian tubuh embrio.
3.              Diferensiasi
(menjorok) Blastula terus membelah dan membentuk gastrula. Dari gastrula terbentuk embrio. Sel-sel embrio berkembang terus membentuk jaringan, organ, dan sistem organ yang membentuk struktur dan fungsi khusus yang nantinya difungsikan pada waktu dewasa.
4.              Pertumbuhan
(menjorok) Setelah terbentuk organ, terjadi pertumbuhan makhluk hidup menjadi lebih besar. Perkembangan berjalan seiring dengan pertumbuhan. Perkembangan adalah proses mencapai kedewasaan. Perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan, yaitu per-tumbuhan dapat diukur dengan ukuran tertentu, sedangkan perkembangan tidak dapat diukur dengan suatu ukuran.
2.3  Faktor yg memengaruhi pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup merupakan hasil interaksi antara faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup adalah gen, nutrisi, hormon, dan lingkungan (Isnaeni, 2006).
1. Gen
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam sel makhluk hidup. Gen berpengaruh pada setiap struktur makhluk hidup dan juga perkembangannya, walaupun gen bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhinya. Artinya, sifat-sifat yang tampak pada makhluk hidup seperti bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna mata, warna bulu pada hewan, warna bunga, penambahan ukuran, dan sebagainya dipengaruhi oleh gen yang dimilikinya. Masing-masing jenis (spesies), bahkan masing-masing individu memiliki gen untuk sifat tertentu. Demikian pula pada hewan ternak yang memiliki gen unggul, misalnya pertumbuhannya cepat dan dengan memberikan makanan yang cukup maka akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula. Sebaliknya, jika hewan ternak tersebut tidak memiliki gen unggul dengan pertumbuhan yang cepat, meskipun didukung dengan pemberian makanan yang cukup maka pertumbuhan dan perkembangannya tidak sebaik bila hewan tersebut memiliki gen unggul (Isnaeni, 2006).
2. Nutrisi
Nutrisi / makanan berperan pentingdalam pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Fungsi nutrisi di antaranya adalah sebagai bahan pembangun tubuh makhluk hidup. Sampai batas usia tertentu manusia akan mengalami pertumbuhan, yaitu bertambah tinggi dan besar. Hal ini dapat terjadi karena setiap hari manusia makan makanan yang cukup bergizi. Demikian pula hewan, pada batas periode tertentu juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan karena hewan tersebut makan setiap hari. Nutrisi bagi sebagian besar hewan dan manusia dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein merupakan bahan pembangun sel-sel tubuh. Oleh karena itu dalam masa pertumbuhan harus mendapatkan protein yang cukup (Isnaeni, 2006).
3. Hormon      
Hormon merupakan senyawa organik (zat kimia) pada manusia dan sebagian hewan. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu, artinya kelenjar itu tidak memiliki saluran. Hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) langsung masuk ke pembuluh darah. Hormon diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah. Hormon mempengaruhi reproduksi, metabolisme, serta pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dan sebagian hewan. Pada manusia, hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH) mempengaruhi kecepatan pertumbuhan seseorang. Seseorang yang kelebihan hormon akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa/gigantisme. Sebaliknya, jika seseorang kekurangan hormon pertumbuhan maka dapat mengakibatkan kekerdilan. Hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok (kelenjar tiroid) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bila pada masa kanak-kanak kekurangan hormon tiroksin mengakibatkan kretinisme. Kretinisme yaitu pertumbuhan yang lambat dan mental yang terbelakang, sehingga perkembangannya juga terhambat. Pada hewan tingkat tinggi (vertebrata) misalnya katak, metamorfosis berudu menjadi katak dewasa dipengaruhi oleh hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Hal ini menunjukkan bahwa pada katak, hormon tiroksin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Pada hewan tingkat rendah (invertebrata) misalnya Hydra memiliki zat kimia yang mirip hormon (neuropeptida). Zat kimia ini merangsang terjadinya pertumbuhan dan regenerasi (Isnaeni, 2006).
4. Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup terutama tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal. Faktor lingkungan berperan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terutama adalah suhu, udara, cahaya, dan kelembapan (Isnaeni, 2006).
Suhu udara ?. Tumbuhan/tanaman membutuhkan suhu tertentu untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Setiap spesies tumbuhan umumnya memiliki suhu optimum yang berbeda-beda. Pada suhu yang optimum, suatu spesies tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik. Suhu udara mempengaruhi semua kegiatan tumbuhan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan (Isnaeni, 2006).
Cahaya ?. Cahaya mutlak dibutuhkan tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis. Namun demikian, cahaya merupakan faktor yang menghambat pertumbuhan tumbuhan. Karena cahaya akan menyebabkan zat tumbuh menjadi zat yang menghambat pertumbuhan (Isnaeni, 2006).
Kelembapan ?. Sampai batas-batas tertentu, tanah dan udara yang lembap berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini karena air yang diisap oleh tanaman lebih banyak dan lebih sedikit air yang diuapkan sehingga menyebabkan pembentangan sel-sel. Dengan demikian, sel-sel tanaman akan lebih cepat mencapai ukuran yang maksimum (Isnaeni, 2006).
Faktor-faktor lingkungan tersebut di atas yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bersifat kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme (Isnaeni, 2006).






III.         Metode Praktikum

3.1     Alat
1. Timbangan
2. Caliper atau mistar
3. Kandang ayam

3.2     Bahan
1. Unggas (Gallus gallus domesticus)
2. Pakan ayam
3. minum
3.3     Cara Kerja
                                    -     Hewan percobaan yang dipergunakan dalam praktikum adalah unggas.
                                    -     Semua hewan percobaan ditimbang menggunakan timbangan untuk mengetahui bobot badan awal dan dilanjutkan dengan pengukuran somatometrik (panjang paruh, panjang sayap, dan panjang tibiotarsus) menggunakan caliper atau mistar.
                                    -     Hewan percobaan dibagi dalam dua kelompok, yaitu Kelompok I: sebagai kontrol, dan Kelompok II: diperlakukan dengan diberi pakan tambahan selama dua minggu.
                                    -     Setelah dua minggu, hewan percobaan ditimbang lagi untuk mengetahui bobot setelah perlakuan.
                                    -     Dilakukan pengukuran somatometrik.










IV.         Hasil Pengamatan
PENGUKURAN BOBOT TUBUH DAN SOMATOMETRIK

Variabel yang Diukur
Minggu 1
Minggu 2
Bobot tubuh (g)
1,54
1,73
1,18
1,57
1,42
1,37
1,62
1,57
1,22
1,11
1,43
1,37
Jumlah
8,41
8,72
Rata-rata
8,565
Panjang paruh (cm)
3,00
3,80
2,80
3,20
3,00
4,00
2,83
2,22
2,10
3,00
1,60
1,85
Jumlah
15,33
18,07
Rata-rata
16,7
Panjang sayap (cm)
17,00
17,30
18,00
21,00
21,00
22,00
31,00
25,50
13,20
14,00
13,80
15,80
Jumlah
114,00
115,60
Rata-rata
114,8
Panjang tibia (cm)
10,50
12,00
10,50
11,00
6,50
7,00
11,20
15,00
9,50
10,50
7,70
6,90
Jumlah
55,90
62,40
Rata-rata
59,15
Panjang tarso (cm)
6,00
6,50
7,00
8,50
8,00
6,00
6,50
11,20
5,40
5,70
6,30
7,66
Jumlah
39,20
45,56
Rata-rata
42,38














V.            Pembahasan
Hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah unggas jenis Gallus gallus domesticus. Ayam ini ditimbang menggunakan timbangan untuk mengetahui bobot badan awal dan dilanjutkan dengan pengukuran somatometrik (panjang paruh, panjang sayap, dan panjang tibiotarsus) menggunakan caliper atau mistar. Pengukuran dilakukan selama dua minggu yaitu pada tanggal 22 November dan 29 November 2012. Semua hasil pengukuran dicatat pada tabel yang telah disediakan.
Hasil pengukuran dihitung dengan cara menjumlahkan dan merata-ratakan nilai yang didapat dari variabel yang diukur selama dua minggu. Maka dapat dilihat perbedaan (pertambahan atau penurunan), selisih nilai pengukuran, dan rata-rata pertumbuhannya.
Bobot tubuh (g)                     
Panjang paruh (cm)
Panjang sayap (cm)
Panjang tibia (cm)
Panjang tarso (cm) 
Banyak faktor yang memengaruhi pertambahan dan penurunan nilai hasil pengukuran yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi spesifitas genetis, jenis kelamin, umur, kualitas hormon, dan tingkat kebugaran hewan. Sedangkan faktor eksternal meliputi pakan, kondisi kimiawi dan fisik lingkungan, dan tingkat kompetisi biologis. Faktor-faktor tersebut tidak bekerja sendiri tapi bekerja dengan saling melengkapi. Menurut Isnaeni (2006), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup adalah gen, nutrisi, hormon, dan lingkungan.
Bertambahnya bobot dan panjang bagian tubuh ayam tersebut dapat dipengaruhi oleh  faktor pakan yang mencukupi untuk kebutuhan ayam tersebut. Kandungan pakan berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Pada masa pertumbuhan tubuh harus mendapatkan kandungan protein yang cukup karena protein merupakan bahan pembangun sel-sel tubuh.
Pakan dengan kandungan nutrisi yang cukup ini juga akan meningkatkan kualitas dan kuantitas hormon dan meningkatkan proses metabolisme, misalnya metabolisme hormon pertumbuhan. Hormon mempengaruhi reproduksi, metabolisme, serta pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dan sebagian hewan. Jika terjadi kelebihan atau kekurangan hormon maka akan memengaruhi pertumbuhan hewan. Kelebihan hormon akan menyebabkan pertumbuhan menjadi tidak terkendali dan bila kekurangan akan menyebabkan pertumbuhan yang melambat.
Gen juga memengaruhi pertumbuhan ayam. Faktor gen merupakan faktor mendasar bagi organisme. Gen sebagai sumber potensi metabolik juga sebagai pembatas potensi metabolik tersebut. Setiap spesies hewan memiliki struktur gen tertentu sehingga potensi pertumbuhan spesies tersebut tertentu pula. Pada hewan ternak yang memiliki gen unggul, misalnya pertumbuhannya cepat dan dengan memberikan makanan yang cukup maka akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula. Sebaliknya, jika hewan ternak tersebut tidak memiliki gen unggul (seperti apa?) dengan pertumbuhan yang cepat, meskipun didukung dengan pemberian makanan yang cukup maka pertumbuhan dan perkembangannya tidak sebaik bila hewan tersebut memiliki gen unggul.
Penyebab berkurangan bobot dan ukuran tubuh lainnya dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang tidak teratur. Ayam tidak diberi makan selama 2 hari. Tingkat persaingan ayam juga terjadi di dalam kandang untuk mendapatkan pakan. Kondisi kandang tidak seimbang dengan jumlah ayam yang ada. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya seekor ayam yang mati. Kandang juga tidak diletakkan pada kondisi yang tersinari matahari yang cukup sehingga ayam tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Padahal sinar matahari dapat menstimulasi terbentuknya hormon-hormon produktif serta berpengaruh pada proses regulasi dan koordinasi pada tubuh ayam. Kurangnya penyinaran oleh matahari ini dapat memengaruhi tingkat kebugaran ayam. Ayam dengan tingkat kebugaran rendah akan memiliki potensi pertumbuhan yang rendah pula.



VI.         Simpulan

6.1 Faktor yang mempengeruhi pertumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
      intrinsik (berasal dari dalam tubuh hewan tersebut) dan faktor eksrinsik (berasal  
      dari luar tubuh/habitat hewan tersebut). Contoh faktor intrinsik yaitu genetis, jenis
      kelamin, umur, kualitas hormon dan tingkat kebugaran hewan. Sedangkan yang
     termasuk faktor ekstrinsik yaitu pakan, kondisi fisik-kimiawi lingkungan dan
     tingkat kompetisi biologi.
6.2 Terjadi penurunan  tubuh dan panjang tibia tarsus, sedangkan untuk panjang
      paruh, panjang sayap dan tarso mengalami peningkatan.
















Daftar Pustaka
Bambang,  S.  2007.  Prospek  dan  Potensi  Ayam  Buras. http://www.Posting.Jakarta.net.
Diakses tanggal 29 Oktober 2012.
Diah, A. 2007. Biologi 2. Erlangga. Jakarta.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Zen. 2008. Usaha  Ternak  Ayam  Buras. http://www.Mitraunggas.Jakarta.net. Diakses
tanggal 29 Oktober 2012.