Minggu, 18 Mei 2014

KEPEMIMPINAN PROFETIK AKAN MENJADIKAN INDONESIA LEBIH JAYA!!

Skala kepemimpinan profetik dapat memprediksi kepemimpinan transformasional yang dinyatakan oleh Budiharto dan Himam (2006). Dari pernyataan yang dinyatakan dalam penelitian ini timbul pertanyaan yaitu adakah hubungan antara kepemimpinan profetik dengan kepuasan kerja? Karena kepemimpinan profetik yang dulu pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat r.a, terbukti dapat mengubah dunia secara global, bukan hanya masyarakat Mekkah dan Saudi Arabia. Beliau dapat menjadi pemimpin / khalifah yang selama ini mungkin hanya impian pada masyarakat pada zaman itu, dimana pada zaman itu banyak raja-raja / penguasa-penguasan dzalim yang memerintah suatu negara atau wilayahSemasa kepemimpinan Nabi dan para Sahabat, Islam dapat berkembang dengan sangat pesat, sampai ke dataran Eropa.
Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya bermacam-macam. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Kepemimpinan profetik adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain mencapai tujuan sebagaimana para nabi dan rosul / prophet melakukannya perubahan fungsi kepemimpinan dalam organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pemimpin seharusnya berusaha untuk membuat jalan ke pelaksanaan kerja terbaik lebih mudah, dengan memberikan dukungan psikologis kepada bawahan yang merasa tidak senang, tertekan, atau mendapatkan pekerjaan yang membosankan kepemimpinan profetik dapat
memprediksi kepemimpinan transformasional.
Para pemimpin yang dilahirkan dalam sistem politik saat ini lebih mementingkan kepentingan diri sendiri, kelompok, partai atau golongannya daripada kepentingan bangsa secara keseluruhan. Akibatnya kebijakan-kebijakan publik di Indonesia lebih berpihak pada kepentingan golongan elite yang lebih mereprensentasikan kepentingan asing, sedangkan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut lebih diwarnai dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kepemimpinan profetik berhubungan dengan kepuasan kerja. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi, kemudian kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu. Aspek kepemimpinan profetik yang menunjukkan adanya hubungan dengan kepuasan kerja adalah aspek amanah (terpercaya, bertanggung jawab). Aplikasi dari amanah dalam dunia kerja adalah dengan bersikap professional dan bertanggung jawab terhadap semua orang yang berada dalam satu perusahaan termasuk karyawan yang bekerja. Dengan bersikap professional dan bertanggung jawab baik berupa perhatian seperti pengawasan, penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi dan peringatan yang tegas terhadap karyawan yang melanggar peraturan, akan membuat kepuasan kerja karyawan meningkat karena karyawan merasa hasil kerjanya dihargai oleh atasannya
Pemimpin berkecerdasan sosial tinggi menempatkan diri sebagai manusia biasa dengan tanggung jawab sosial-politik yang setiap saat tampil bersama rakyat dan umat yang dipimpin. Pemimpin yang terus membuka diri berdialog dengan rakyat tanpa aksesori protokoler yang sering menjadi penghalang rakyat berhubungan langsung dengan sang pemimpin. Pemimpin berkecerdasan sosial tinggi itulah yang disebut pemimpin profetik yang menyatu dengan jiwa rakyat dan umat.
Secara sosiologis ia berbeda dengan pemimpin imam yang lebih cenderung mengurusi Tuhan utopis sehingga tidak jarang menjadikan umatnya sebagai tumbal surgawi. Di mana posisi pemimpin profetik dalam berbagai survei tentang calon presiden negeri ini? Sayang, survei-survei yang dilakukan berbagai lembaga belum memasukkan kecerdasan sosial sebagai salah satu variabel yang patut dilacak dalam dunia empirik. Kendati demikian, bukan berarti namanama yang beredar dalam berbagai survei tidak ada yang memiliki kecerdasan sosial tinggi. 
Kecerdasan inteligensi seseorang tidak menjamin yang bersangkutan berhasil menjalani hidup sosialnya. Sukses sosial seseorang dengan kecerdasan inteligensi tinggi masih memerlukankecerdasanemosional agar bisa berkomunikasi dengan orang lain atau kelompok lain secara lebih baik. Namun, bagi orang yang menghadapi persoalan rumit yang belum pernah dihadapi sebelumnya yang membutuhkan sikap dan daya kritis tinggi, kecerdasan lain yang dikenal sebagai kecerdasan spiritual diperlukan. Kemampuan orang yang memiliki kecerdasan spiritual disebut para ahli sebagai fungsi variabel “Titik Tuhan” atau “God Spot”. Mereka yang memiliki kepedulian sosial tinggi sekaligus dikaruniai “Titik Tuhan” karena mampu menerobos melampaui tradisi (birokrasi dan lainnya) menyatu dengan jiwa rakyat hampir tanpa batas guna mencapai tujuan kolektif. Itulah pemilik kecerdasan sosial. 
Jika perlu, pemimpin profetik itu melakukan tindakan yang bahkan melampaui tradisi birokrasi menciptakan tradisi dan tata-nilai baru yang tidak lazim pada zamannya. Indikasi sosok pemimpin profetik demikian akan terlihat dari respons warga yang muncul dari berbagai kelompok melampaui batas-batas etnis, keagamaan, dan partai. Seperti seorang nabi, meski memperoleh mandat Tuhan, ia hidup menyatu dengan sesama sebagai manusia biasa membangun tradisi baru menerobos melampaui tradisi pada zamannya. Dalam dunia pewayangan kita kenal tokoh Semar, seorang dewa yang menjalani hidup sebagai pelayan para ksatria. Kepemimpinan profetik dipandang sebagai pola kepemimpinan yang paling sukses dalam membentuk sebuah tatanan kehidupan manusia yang berkualitas. Sebab nilai-nilai kepemimpinan profetik dapat ditransformasikan ke dalam model kepemimpinan pada semua lingkup, baik organisasi sosial, organisasi keagamaan, pendidikan, bahkan tata pemerintahan sekali pun. Dan Muhammad SAW adalah bukti authentic dan riil sebagai model pemimpin yang berhasil dalam segala aspek kehidupan.

Untuk mewujudkan sosok pemimpin profetik tersebut tentu butuh kesadaran dari semua rakyat Indonesia, bahwa setiap individu dari mereka adalah calon pemimpin profetik yang akan dilahirkan bagi kejayaan bangsa ini. Mereka harus mampu menanamkan karakteristik pemimpin profetik dalam kehidupannya seperti halnya yang telah diajarkan oleh para utusan-utusan Allah SWT kepada manusia seluruhnya. Kini saaatnya memulai perbaikan dari diri sendiri dengan membiasakan perbuatan dan perilaku yang baik dan benar, selalu amanah disetiap pekerjaan,sadar akan peran dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi serta mewariskan sifat-sifat kepemimpinan profetik. Karena pada dasarnya pemimpin tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi pemimpin itu dibentuk dalam proses yang berkelanjutan dan waktu yang panjang. Pemimpin Porifetik sangat dibutuhkan di Indonesia agar Indonesia menjadi lebih Jaya.

JUARA 1 LOMBA KARYA TULIS "INSPIRING PROPETHIC LEADER" 2014
- Senin, 14 APRIL 2014 -
Graha Permana, Universitas Diponegoro.


INDONESIA HARUS BEBAS DARI KEREDUPAN



Indonesia hari ini, tentu berbeda dengan kemarin, atau esok hari. Tentu kita semua berharap agar esok hari dapat melihat Indonesia yang aman, damai, tentram dan sejahtera, dan hal tersebut akan terwujud apabila kita telah menemukan seorang pemimpin yang tepat yang bisa membimbing bangsa yang besar, bangsa kita bangsa Indonesia. Menyedihkan ketika kita melihat para pemimpin kita masih tidak dapat di harapkan, karena bahkan moral pemimpin kita pun masih harus di pertanyakan, masih harus di benahi, lantas bagaimana dengan yang dipimpin? Akankah lebih parah? Ataukah dapat memperbaikinya? mereka yang memberikan contoh buruk itu bisa terpilih ketika pemilu? Lalu, kesalahan siapakah ini? Cukup, pertanyaan tersebut tidak memerlukan jawab, dan hanya dapat berdampak baik jika pertanyaan tersebut di peruntukan menjadi renungan, karena itulah yang terjadi hari ini di Indonesia. Dan besok hari? Kitalah sebagai generasi pembaharu yang akan menjawab pertanyaan tersebut dengan perbaikan dan harapan yang besar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Inilah Indonesiaku yang semakin lama semakin meredup. Indonesia kini seringkali menyebut kemerdekaan yang tidak identik dengan kemakmuran. Kemerdekaan Indonesia suatu bangsa membutuhkan ongkos pengorbanan dari para pejuang sebelum kemerdekaan. Mengkorupsi uang pajak, secara egois menggunakan kesempatan yang disediakan oleh orang lain itu semua kemerdekaan tanpa hati nurani di konteks yang besar dan luas. Melupakan pengorbanan dan dukungan rekan kerja, ataupun menganggap remeh orang-orang sekitar yang mengalah pada kita itu juga kemerdekaan tanpa hati nurani. Ketika kita menikmati kemerdekaan kita dengan menyakiti orang lain, maka kemerdekaan kita sebenarnya cuma eksploitasi atas kerelaan, kepercayaan, kecintaan dan pengorbanan mereka yang mendukung kemerdekaan kita. Selama korupsi masih ada di negeri Indonesia maka kemerdekaan hanyalah wacana. Peringatan kemerdekaan yang setiap tahun dikumandangkan tanpa makna apa-apa hanya seremonial belaka karena pemimpin yang diberi amanah tidak menjalankan yang tertera di UUD 1945. Masalah bangsa kita adalah seringkali kita kaya semangat tapi miskin dengan konsep. Bangsa yang besar itu adalah bangsa yang semakin jauh ia berjalan, semakin dekat ia mencapai cita – cita pendiri dari bangsa Indonesia. Karena kemerdekaan itu soal hati nurani, bukan cuma kebebasan! Maka dari itu Indonesia kini meredup. Bangsa Indonesia mengalami kemunduran jika korupsi dimasukkan kategori pidana umum. Dengan indeks prestasi yang masih berada di peringkat bawah, tidak wajar mengembalikan korupsi ke pidana umum. Maka dari itu Indonesia ini hendaklah Move on dari keterpurukan bangsa ini. Indonesia semakin hari semakin meredup, padahal semua warga negara Indonesia tidak mengharapkan Indonesia meredup. Terlalu banyak yang harus dibenahi di Negara Indonesia, namun sekali lagi pembenahan itu harus benar-benar terjadi. Kita sudah jauh berlayar. Ibarat sebuah kapal, kita sudah berada di tengah lautan. Angin dan ombak perubahan hebat menghantam, sementara daratan yang makmur belum tampak. Jangan sampai angin dan ombak menghempas dan menenggelamkan kita. Jika diam, kita akan tenggelam. Jadi tak ada kata lain selain berbenah dan terus berlayar. Meski demikian angin perubahan tak boleh dianggap musuh, karena bagaimanapun perubahan tak dapat dipungkiri. Namun, marilah kita menjadikan perubahan sebagai teman, sebagaimana para pendahulu kita, para pelaut tangguh yang bersahabat dengan ombak. Janganlah pernah menyebut kemerdekaan Bangsa Indonesia ini yang tidak identik dengan kemakmuran, kemerdekaan itu soal hati nurani, bukan cuma kebebasan! Maka dari itu Indonesia kini harus bebas dari keredupan.

Karya Informatic Writting Experience ITS 2014 (IWX 2014)
- Graha Permana, Universitas Diponegoro -

Kamis, 15 Mei 2014

STRATEGI DAN INOVASI DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN PADA KONSEP MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA MENUJU MDGS (Millenium Development Goals) 2015

Indonesia memiliki tujuan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 serta bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah peradaban satu negara adalah majunya pendidikan. Berdasarkan data, mengenai pendidikan, pada data tahun 2008 tercatat angka 94,7% anak laki-laki dan perempuan masuk sekolah dasar. Namun, perbedaan antar daerah satu dengan daerah yang lainnya masih cukup tinggi, yaitu dari 89,31% untuk Aceh hingga 86,91% untuk Papua. Permasalahan semakin muncul dengan adanya banyak program yang akan dibahas pada makalah ini mulai dari SMP Terbuka, SD-SMP satu atap, RSBI, Ujian Nasional, sertifikasi guru dan pendidik dan masih banyak lagi. Salah satu strategi dan inovasi dalam pendidikan yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai peran teknologi informasi dan komunikasi pada kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dipisahakan, terkadang penggunaanya sangat membantu dan juga terkadang menjadikan tertinggal karena terlalu cepatnya perkembangannya, khususnya jika jenjang kualifikasi yang dimiliki masyarakatnya rendah.
Konsep masyarakat informasi sebenarnya muncul pada tahun 1970-an dari para ilmuwan dengan sudut pandang dan definisi yang berbeda-beda. Daniel Bell (1973), menggunakan istilah ‘post-industrial society’ untuk menyebut masyarakat informasi yaitu pergantian produksi barang-barang kepada sistem pengetahuan dan inovasi pelayanan sebagai strategi dan sumber transformasi dalam masyarakat, perkembangannya mengakibatkan perubahan kesejahteraan dari masyarakat yang menggunakan industri sebagai komoditinya beralih menjadi informasi sebagai bagian dari bagian terpenting yang ada di masyarakat tersebut, perubahan masyarakat informasi menjadi salah satu tujuan yang akan direalisasikan pada MDGs 2015 nanti. Fritz Machlup (1983), memperkenalkan istilah ‘knowledge industry’ dengan membedakan 5 sektor pengetahuan yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, media massa, teknologi informasi, dan layanan informasi. Masuda (1990), mengemukakan bahwa pada masyarakat informasi terjadi transisi dimana produksi nilai-nilai informasi menguasai perkembangan masyarakat.
Menurut William J. Martin (1995), masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat dimana kualitas hidup, prospek untuk perubahan sosial dan pembangunan ekonomi bergantung pada peningkatan informasi dan pemanfaatannya. Beberapa definisi masyarakat informasi diatas, tidak lepas dari tiga komponen utama yang menjadi pendorong munculnya masyarakat informasi yaitu dinamika informasi dan komunikasi, perkembangan dalam teknologi informasi (komputer), dan perkembangan dalam teknologi komunikasi. Untuk dua komponen terakhir, lebih dikenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Efek dari ketiga informasi diatas dapat dilihat dengan terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas produk-produk informasi dan pelayanan serta luasnya jaringan komunikasi melalui media yang dilakukan secara elektronik dan terpasang.
Perkembangan TIK di negara-negara maju terjadi dengan sangat cepat dan keberadaannya dimanfaatkan untuk seluruh aktivitas masyarakat sehari-hari khususnya untuk pendidikan. Pada Negara berkembang seperti Indonesia, TIK baru dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat terutama yang berdomisili di daerah perkotaan. Hal ini terjadi antara lain terjadi karena negara Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 16.000 pulau yang belum meratanya pembangunan serta masih kurangnya jaringan-jaringan telekomunikasi yang ada untuk menjangkau daerah-daerah terpencil dan jauh dari perkotaan.
Usaha untuk mencerdaskan bangsa, sedang dilakukan oleh berbagai pihak terutama pemerintah dan sektor swasta yang lebih banyak berperan dalam menggerakkan roda pembangunan sesuai dengan cakupan perancangan MDGs 2015.
Di Indonesia, semakin banyak mahasiswa, professor, ilmuwan dan lainnya turut serta mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia. Teknologi informasi dan Komunikasi dipandang sangat penting untuk dikembangkan di Indonesia, penyebabnya karena bangsa Indonesia tertinggal oleh bangsa-bangsa lain salah satunya adalah karena minimnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia. Kebanyakan bangsa kita lebih senang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi, tetapi tidak banyak yang berminat untuk bisa menguasai dan mengembangkannya. Melihat dari uraian diatas, maka sudah seharusnya bangsa Indonesia berusaha untuk bangkit dan berkembang. Sebenarnya bangsa Indonesia mempunyai banyak pemuda yang mempunyai bakat dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, akan tetapi karena mungkin keterbatasan biaya, maka mereka menjadi kurang bersemangat untuk mengembangkannya.
Pentingnya teknologi informasi dalam pendidikan di indonesia ini diibaratkan jika dulu orang menempuh jarak ribuan km untuk mendapatkan informasi secara akurat, kini dapat ditempuh hanya dalam waktu beberapa detik saja melalui media internet. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone. Di era globalisasi ini segala sesuatu dituntut untuk serba praktis, cepat, dan tepat, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang dapat memenuhi hal tersebut,  diantaranya dengan adanya sebuah teknologi informasi dan komunikasi yang mampu melayani dan memenuhinya. Dengan semakin globalnya kebutuhan manusia akan informasi dan komunikasi, maka diharapkan kepada masyarakat teknologi informasi dan komunikasi dapat dijadikan sebagai :
A. Sarana pelengkap dan pembantu dalam suatu proses kegiatan yang berjalan serba cepat dan tepat.
B. Alat bantu untuk mengambil, mengolah, menyimpan, dan menyajikan informasi dengan  cepat, tepat, dan efisien.
C. Bahan referensi dari berbagai aspek kegiatan dan mampu memberikan sajian data yang sesuai dengan kebutuhan.
D. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan wahana pembelajaran dan penyampaian materi pendidikan yang cepat, tepat, dan efisien