MAKALAH
KULTUR JARINGAN HEWAN
Stem
Sel Kanker
Disusun oleh:
1.
Graha Permana 24020111120002
2.
Indra Prawira 24020111120004
3.
Putri Ramadhani 24020111120008
4.
Dwi Purwati 24020111120009
5.
Ajeng Fatria S 24020111120010
6.
Nur Indah A 24020111120007
7.
Eka Fitriani 24020110120002
8.
Dewi Purwaningsih 24020110120001
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk : tumbuh tidak
terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan
biologis di dekatnya , bermigrasi ke jaringan tubuh
yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis. Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab
utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan
banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Kanker adalah
penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-10% karena
faktor genetik. Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada kematian
akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%), radiasi, stres, kurangnya aktivitas fisik, polutan lingkungan.
Berbagai
hasil penelitian yang telah ada mengungkapkan keberadaan cancer stem cell yang dinilai menjadi alasan terjadinya relaps,
resistansi, dan metastasis berbagai jenis kanker. Sel kanker dengan potensi
tumorigenik seringkali disebut dengan tumor initiating cell atau cancer stem cell. Terungkapnya
keberadaan cancer stem cell di antara
populasi sel kanker lainnya telah menciptakan sudut pandang yang berbeda dari
yang telah ada selama ini. Dengan keberadaannya, populasi sel kanker tidak lagi
dipandang sebagai suatu populasi sel yang homogen dengan potensi yang sama dan
merata,melainkan layaknya sel normal yang memiliki hirarki dengan tingkat
diferensiasi sel yang berbeda satu dengan yang lain. Karena berada di puncak
hirarki, cancer stem cell dianggap bertanggung jawab atas kejadian relaps,
resistansi, dan metastasis.
Cancer stem cell adalah subpopulasi sel
kanker yang memiliki potensi tumorigenik sehingga merupakan sel yang dapat
menginisiasi terbentuknya tumor. Cancer
stem cell diduga berasal berasal dari
stem cell normal ataupun sel progenitor yang mengalami sejumlah
perubahan sifat, baik yang bersifat mutagenik maupun non-mutagenik. Sama halnya
dengan stem cell normal, cancer stem cell
seringkali berada dalam keadaan tidak aktif. Akibatnya, berbagai golongan senyawa
kemoterapi yang umumnya hanya mengenali dan bersifat toksik terhadap sel kanker
yang aktif berproliferasi, tidak berefek pada cancer stem cell. Pada akhirnya, hal ini pula yang menyebabkan
relaps kanker yang sama pada pasien yang telah menjalani rangkaian terapi
kanker secara tuntas. Atas dasar ini maka satu-satunya solusi untuk mengatasi
masalah metastasis, resistansi, dan relaps kanker adalah eradikasi cancer stem cell. Demi tujuan tersebut,
optimasi protokol identifikasi dan isolasi cancer
stem cell terus dilakukan.
Oleh
karena itu, saat ini banyak peneliti dan praktisi medis di dunia berpendapat
bahwa cancer stem cell adalah sel yang harusnya menjadi target obat antikanker.
Hal ini berarti bila cancer stem cell berhasil dibunuh maka resistansi dan
relaps pascapengobatan antikanker tidak akan terjadi.
1.2 Tujuan
Menjelaskan tentang hakekat keberadaan, patomekanisme, karakteristik,
dan identifikasi cancer stem cell, serta tantangan peneliti dan praktisi klinis
dalam mengoptimalkan penerapan teori cancer stem cell demi kemajuan pengetahuan
dan kepentingan pasien.
1.3 Manfaat
Memperoleh populasi cancer stem cell
demi kemajuan pengetahuan dan kepentingan penderita kanker, sehingga memperkecil
angka mortalitas yang terjadi akibat dari kanker.
BAB II
METODOLOGI DAN
PEMAPARAN
Isolasi dan karakterisasi cancer stem cell
Sebagai
kelompok sel yang hanya mencakup sebagian kecil dari total sel kanker, populasi
murni cancer stem cell hanya bisa
didapatkan melalui sejumlah tahapan disagregasi
dan isolasi berdasarkan karakteristik yang membedakannya dengan sel kanker
lain. Beberapa teknik isolasi cancer stem
cell yang umum digunakan adalah :
a. Pembentukan sphere
Metode
isolasi cancer stem cell berdasarkan
kemampuannya dalam membentuk sphere pertama
kali ditunjukkan oleh cancer stem cell
pada tumor otak. Sphere adalah
sekelompok sel yang membentuk suatu kesatuan dengan struktur sferis dan tidak menempel pada dasar
cawan kultur. Setelah dilakukan pengambilan massa tumor yang disusul oleh disagreagasi secara mekanik maupun
enzimatik, sel-sel tumor yang diduga mengandung cancer stem cell dikultur dalam medium tanpa serum yang
telah diberi Endothelial Growth Factor
(EGF) dan basic Fibroblast Growth Factor
(bFGF). Setelah dijaga dan dilakukan pasase secara teratur, sphere akan terbentuk dalam populasi sel
yang mengandung cancer stem cell
tersebut. Karena sphere dibentuk oleh
cancer stem cell dan sel progenitor kanker maka jumlah sel
yang terdapat dalam sphere tidak
dapat digunakan untuk menghitung kuantitas cancer
stem cell secara akurat. Hasil penelitian Singh SK dkk., mengungkapkan
bahwa <1% sel yang membentuk sphere
sel tumor otak adalah cancer stem cell,
sedangkan mayoritas sisanya adalah sel
progenitor kanker. Meskipun banyak yang menyimpulkan bahwa pembentukan satu
sphere dilakukan oleh satu cancer stem cell, rasio ini tidak dapat
dipastikan dan dijadikan nilai ukur yang konsisten. Sekalipun tidak dapat digunakan
untuk menghitung jumlah cancer stem cell
secara akurat, pembentukan
sphere merupakan hal yang dapat
digunakan sebagai bukti keberadaan cancer
stem cell. Sifat self renewal
yang hanya dimiliki cancer stem cell dapat
dilihat dari stabilitas penyelenggaraan self
renewal setelah mengalami >5 kali pasase. Apabila diferensiasi terjadi
pada tahapan kultur selanjutnya maka sel-sel penyusun sphere mampu membentuk seluruh jenis sel kanker yang sebelumnya
ditemukan pada massa tumor. Potensi tumorigenik juga
dapat dibuktikan secara in vivo dengan melakukan implantasi sphere pada tikus imunodefisien. Bila sphere yang ditransplantasikan dapat
memicu terbentuknya tumor maka pembuktian keberadaan cancer stem cell secara in vivo telah berhasil dilakukan.
b. Side Populations
Salah
satu potensi yang diduga membuat cancer
stem cell resistan terhadap banyak obat kemoterapi adalah aktivitas ATP-Binding Cassette (ABC) transporter
yang dimilikinya. Melalui aktivitas ABC transporter, cancer stem cell dapat melakukan efluks atau pengeluaran berbagai
senyawa yang bersifat toksik dan membahayakan kehidupan sel dengan sangat
cepat. Berdasarkan potensi ini maka salah satu metode identifikasi dan isolasi cancer stem cell yang juga dapat
dilakukan adalah dengan mengenali side populations. Side populations adalah
populasi minoritas sel yang menunjukkan fluoresensi minimal ketika sel diwarnai
dengan senyawa pewarna DNA, seperti Hoechst 33342. Fluoresensi akibat Hoechst
33342 disebabkan oleh ikatan senyawa pewarna tersebut dengan daerah pada rantai
DNA yang banyak mengandung pasangan basa A-T. Pada penelitian yang menggunakan
stem cell hematopoitik, efluks Hoechst 33342 merupakan hasil aktivitas transpor
yang dimediasi oleh ABC transporter dari protein Multidrug Resistance (MDR). Kesimpulan tersebut didapat karena saat
dilakukan penambahan verapamil yang merupakan inhibitor MDR1, jumlah side populations pun berkurang.
Dengan menggunakan alat Fluorescence
Activated Cell Sorting (FACS), side populations dapat terlihat pada kuadran
kiri bawah dalam gambaran status fluoresensi sel. Meskipun side populations
terbukti sebagai populasi sel yang masih primitif dan mengekspresikan banyak
molekul penanda stem cell, side populations merupakan populasi sel heterogen
yang juga diduga banyak mengandung sel progenitor. Banyaknya senyawa Hoechst
33342 yang mengalami efluks dianggap menggambarkan keprimitifan sel, sehingga
sel yang lebih tidak dapat diwarnai dengan Hoechst 33342 adalah sel yang lebih
primitif dan memiliki aktivitas ABC transporter yang lebih tinggi dibandingkan
sel lainnya. Hingga saat ini, status diferensiasi kelompok sel yang terdapat
dalam side populations masih banyak diperdebatkan, terlebih beberapa hasil
penelitian menyatakan bahwa sebagian sel yang tidak teridentifikasi dalam side
populations juga menunjukkan potensi untuk melakukan pembelahan secara
asimetris. Berdasarkan pengetahuan yang telah ada, metode side populations
dapat menjadi metode pilihan untuk melakukan identifikasi dan isolasi cancer
stem cell, terutama jika molekul protein permukaan spesifik yang dimiliki cancer stem cell yang diinginkan belum
diketahui.
c. Identifikasi keberadaan
molekul protein permukaan spesifik
Secara
morfologis, cancer stem cell tidak
dapat dibedakan dengan sel kanker lain yang telah lebih berdiferensiasi.
Pengenalan molekul protein permukaan spesifik dengan menggunakan Flourescence Activated Cell Sorting
(FACS) ataupun Magnetic Cell Sorting (MACS)
adalah metode isolasi cancer stem cell
yang paling dapat diandalkan. Pada metode isolasi dengan menggunakan FACS
maupun MACS, cancer stem cell
berikatan dengan antibodi dari molekul protein permukaan yang dimilikinya,
sehingga dapat dipisahkan dari sel-sel lain yang tidak memiliki molekul protein
permukaan yang sama dan tidak berikatan dengan antibodi yang diberikan. Sejak dicetuskannya teori
cancer stem cell, pengenalan
subpopulasi sel kanker yang mampu menyelenggarakan aktivitas self renewal didasarkan pada pengenalan molekul protein permukaan
spesifik/Cluster of Differentiation
(CD) yang dimilikinya. Serupa dengan stem cell hematopoitik, cancer stem cell pada leukemia
mieloblastik akut mengekspresikan CD34 pada permukaan selnya. CD34 berperan
dalam adhesi leukosit, aktivitas homing stem cell, dan adhesinya di sumsum
tulang. Dengan demikian, bila molekul CD34 juga diekspresikan pada permukaan cancer stem cell maka besar kemungkinan cancer stem cell juga dapat melakukan
aktivitas homing dan adhesinya pada sumsum tulang, sehingga mempermudah
terjadinya invasi dan metastasis kanker. Molekul protein permukaan lain yang
seringkali ditemukan pada permukaan cancer
stem cell adalah CD44 yang diekpresikan oleh cancer stem cell pada kanker payudara, kanker pankreas, kanker
kolorektal, kanker kepala dan leher, serta CD133 yang diekpresikan oleh cancer stem cell pada kanker otak,
kanker kolorektal, dan kanker hati. CD44 yang berperan sebagai reseptor utama
hyaluronan memiliki beberapa subtipe, seperti CD44s, CD44v3,8-10 yang terbukti
berperan dalam proses terjadinya metastasis kanker. Berbeda dengan CD34 dan
CD44, hingga saat ini fungsi CD133 belum diketahui, sekalipun CD133 terbukti
diekspresikan oleh subpopulasi kanker di berbagai organ. Setelah proses isolasi
dilakukan, karakteristik cancer stem cell
harus diuji secara ilmiah untuk membuktikan potensi yang dimilikinya. Untuk
menguji potensi tumorigeniknya, populasi sel yang diduga mengandung cancer stem cell ditransplantasikan pada
tikus Non-obese Diabetic/SevereCombined
Immunodefficient (NOD/SCID). Apabila populasi sel tersebut mampu
menyebabkan terbentuknya tumor dalam tubuh tikus maka sel yang
ditransplantasikan dianggap masih memiliki potensi tumorigenik. Untuk
membuktikan keberadaan potensi self
renewal dari cancer stem cell,
peneliti dapat melakukan transplantasi berseri dan kulturisasi in vitro
populasi sel yang diduga mengandung cancer
stem cell. Apabila populasi sel tersebut dapat menyebabkan terbentuknya
tumor pada secara berkelanjutan serta dapat membentuk sphere setelah berulang
kali dilakukan subkulturisasi maka populasi sel yang diuji dapat dikatakan
terbukti memiliki potensi self renewal.
Potensi diferensiasi cancer stem cell
diuji secara in vitro maupun in vivo. Pada pengujian secara in vitro maupun in
vivo, populasi sel yang diduga mengandung cancer
stem cell harus mampu berdiferensiasi menjadi populasi sel kanker heterogen
yang membentuk tumor.
Aplikasi konsep cancer stem cell dalam penelitian dan
klinis
Sejak
terbuktinya keberadaan dan peran cancer
stem cell dalam kanker, banyak peneliti dan pekerja medis yang berpendapat
bahwa cancer stem cell adalah
subpopulasi sel kanker yang harus dijadikan target eradikasi secara total, demi
penyembuhan kanker secara sempurna pada pasien yang menderitanya. Oleh karena
itu, penelitian yang bertujuan pada pengembangan diagnosis dan terapi kanker
semakin banyak difokuskan pada cancer
stem cell. Berdasarkan pengetahuan mengenai molekul protein permukaan cancer stem cell pada leukemia
mieloblastik akut maka semakin tinggi presentase sel CD34 dan CD38 merupakan implikasi semakin
tingginya risiko terjadinya relaps pasca terapi dan semakin rendahnya
angka kebertahanan hidup pasien yang menderitanya. Hal ini logis mengingat
semakin banyak cancer stem cell yang
terdapat dalam massa sel tumor berarti semakin tinggi pula kemungkinan
terjadinya relaps, metastasis, dan resistansi, sehingga prognosis pasien
penderita kanker pun semakin buruk. Hingga kini, terdapat beberapa metode yang
mungkin dapat ditempuh untuk menghambat maupun mengeradikasi cancer stem cell. Seperti yang telah dituliskan
sebelumnya, beberapa protein seperti Wnt,
Notch, dan Hedgehog telah
terbukti menjadi regulator aktivasi serta ekspansi jumlah cancer stem cell. Inhibisi terhadap protein pemicu terjadiya
aktivasi dan ekspansi cancer stem cellini
adalah salah satu landasan terapi yang ditujukan untuk menurunkan
jumlah cancer stem cell. Senyawa cyclopamine yang merupakan inhibitor
Hedgehog terbukti menurunkan jumlah cancer
stem cell dalam multipel mieloma secara signifikan. Pada tumor otak, terapi
dengan menggunakan inhibitor γ-secre-
tase yang menghambat jalur pengiriman sinyal Notch juga terbukti secara selektif menurunkan subpopulasi cancer stem cell yang mengekspresikan
molekul protein permukaan CD133 dan protein Nestin. Selain hambatan pada berbagai
protein yang meregulasi aktivasi dan ekspansi cancer stem cell, terapi kanker juga dapat dilakukan dengan cara
memicu terjadinya diferensiasi cancer stem cell. Contoh dari hal ini adalah
terapi menggunakan senyawa asam retinoid
yang dikombinasikan dengan dibutyryl-cAMP
mampu memicu terjadinya diferensiasi cancer
stem cell pada teratokarsinoma. Asam retinoid bekerja melalui reseptor
spesifik asam retinoid pada inti sel untuk mengaktifkan transkripsi yang
dimediasi oleh c-Fos/c-Jun, yang selanjutnya akan memicu terjadinya
diferensiasi cancer stem cell.
Seperti halnya stem cell neural yang
normal, cancer stem cell pada glioma
juga mengekspresikan reseptor BMPs pada permukaannya, sehingga terapi dengan
BMPs dapat memicu terjadinya diferensiasi cancer
stem cell pada glioma. Meskipun penelitian pada pengembangan terapi yang
menargetkan cancer stem cell telah
menunjukkan hasil yang memberi harapan, namun kami berpendapat bahwa metode
yang digunakan masih jauh dari kelayakan untuk dapat diterapkan secara rutin
dalam praktik klinis. Pendapat ini didasari pada kenyataan bahwa hampir seluruh
molekul protein permukaan cancer stem
cell dan protein yang menjadi regulator ekspansi dan diferensiasinya,
adalah sama persis dengan karakteristik yang dimiliki oleh stem cell normal.
Dengan demikian, apabila metode terapi yang digunakan tersebut didasari oleh
pengenalan molekul protein permukaan dan sinyal regulator ekspansi serta
diferensiasi cancer stem cell, maka
efek terapinya tidak hanya mengenai cancer
stem cell, melainkan juga mengenai stem cell normal yang terdapat di
jaringan tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan deplesi jumlah stem cell normal
yang berperan penting dalam menjaga homeostasis jaringan tubuh tersebut. Pada
akhirnya, degenerasi dini jaringan tubuh adalah suatu risiko yang sangat
mungkin terjadi pascaterapi yang sebenarnya hanya ditujukan pada cancer stem cell. Untuk mengatasi hal
ini, kami berpendapat bahwa investigasi pada karakteristik cancer stem cell dan berbagai faktor yang mempengaruhinya masih
sangat perlu dilakukan untuk menemukan keunikan cancer stem cell yang sama sekali tidak dimiliki oleh stem cell
normal, sehingga hal tersebut dapat dijadikan target terapi definitif yang
bekerja secara sangat spesifik pada cancer
stem cell saja.
BAB III
RANGKUMAN
Relaps,
resistansi, dan metastasis adalah masalah yang seringkali dihadapi oleh dokter
dan pasien dalam hal terapi kanker. Berbagai hasil penelitian yang telah ada
mengungkapkan keberadaan cancer stem cell
yang dinilai menjadi alasan terjadinya relaps, resistansi, dan metastasis
berbagai jenis kanker. Cancer stem cell adalah subpopulasi sel
kanker yang memiliki potensi tumorigenik sehingga merupakan sel yang dapat
menginisiasi terbentuknya tumor. Cancer
stem cell diduga berasal berasal dari stem cell normal ataupun sel
progenitor yang mengalami sejumlah perubahan sifat, baik yang bersifat
mutagenik maupun non-mutagenik. Sama halnya dengan stem cell normal, cancer stem cell seringkali berada dalam
keadaan tidak aktif. Akibatnya, berbagai golongan senyawa kemoterapi yang
umumnya hanya mengenali dan bersifat toksik terhadap sel kanker yang aktif
berproliferasi, tidak berefek pada cancer
stem cell. Pada akhirnya, hal ini pula yang menyebabkan relaps kanker yang
sama pada pasien yang telah menjalani rangkaian terapi kanker secara tuntas.
Atas dasar ini maka satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah metastasis,
resistansi, dan relaps kanker adalah eradikasi cancer stem cell. Demi tujuan tersebut, optimasi protokol
identifikasi dan isolasi cancer stem cell
terus dilakukan. Beberapa molekul penanda yang seringkali dijadikan patokan
dalam isolasi cancer stem cell adalah
CD34, CD44, dan CD 133. Selain itu, metode isolasi berdasarkan terbentuknya
sphere dan penyerapan senyawa pewarna juga dapat ditempuh untuk memperoleh
populasi cancer stem cell.
DAFTAR PUSTAKA
Hanahan
D, Weinberg RA. The Hallmarks of Cancer. Cell. 2000;100:57-70.
Jordan CT, Guzman ML, Noble M. Cancer
stem cells. The New England Journal of
Medicine. 2006;355:1253-61.
Wicha MS, Liu S, Dontu G. Cancer stem
cells: An Old Idea-A Paradigm Shift. American
Association for Cancer Research. 2006;66(4):1883-90.
I saw so many testimonies about Dr Itua a great HERBAL DOCTOR that can cure all kind of diseases and give you the rightful health to live a joyful life, i didn't believe it at first, but as the pain got worse and my life was at risk after visiting my therapist numeriuos times for combination of treatments. and no changes so i decided to take a try, I contacted him also and told him i want a cure for Vulvar cancer/ Testicular cancer and it was Stage IIIA, he gave me advice on what i must do and he delivered it to me in my state which i use according to his instruction, and today i must say I am so grateful to this man Dr Itua for curing me from Vulvar cancer/ Testicular cancer and for restoring me back to my normal health and a sound life,i am making this known to every one out there who have been living with cancers all his life or any sick person should not waist more time just contact him with his details below- WhatsApp- +2348149277967 Email drituaherbalcenter@gmail.com, believe me this man is a good man with Godly heart, this is the real secret we all have been searching for. Do not waste more time contact him today for you also to live a sound and happy life. he cure the following disease,thyroid Cancer,Uterine cancer,Fibroid,Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Amyotrophic Lateral Scoliosis,Brain Tumor,Fibromyalgia, Fluoroquinolone Toxicity Bladder cancer,Brain cancer,Hiv,Herpes,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma
BalasHapusIntestinal cancer,Kidney cancer,Hpv,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Neuroendocrine tumors
Non-Hodgkin lymphoma,Oral cancer,Ovarian cancer,Sinus cancer,Hepatitis A,B/C,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Stroke,Lupus,Spinal cancer,Stomach cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancer,
Testicular cancer,Tach Diseases,Pancreatic Cnacer,Leukemia,Liver cancer,Throat cancer,
Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresSclerosis,Alzheimer's disease,Chronic Diarrhea,Copd,Parkinson,Als,Adrenocortical carcinoma Infectious mononucleosis.