Indonesia hari ini, tentu
berbeda dengan kemarin, atau esok hari. Tentu kita semua berharap agar esok
hari dapat melihat Indonesia yang aman, damai, tentram dan sejahtera, dan hal
tersebut akan terwujud apabila kita telah menemukan seorang pemimpin yang tepat
yang bisa membimbing bangsa yang besar, bangsa kita bangsa Indonesia.
Menyedihkan ketika kita melihat para pemimpin kita masih tidak dapat di
harapkan, karena bahkan moral pemimpin kita pun masih harus di pertanyakan,
masih harus di benahi, lantas bagaimana dengan yang dipimpin? Akankah lebih
parah? Ataukah dapat memperbaikinya? mereka yang memberikan contoh buruk itu bisa terpilih
ketika pemilu? Lalu, kesalahan siapakah ini? Cukup, pertanyaan tersebut tidak
memerlukan jawab, dan hanya dapat berdampak baik jika pertanyaan tersebut di
peruntukan menjadi renungan, karena itulah yang terjadi hari ini di Indonesia.
Dan besok hari? Kitalah sebagai generasi pembaharu yang akan menjawab
pertanyaan tersebut dengan perbaikan dan harapan yang besar untuk menjadi lebih
baik dan lebih baik lagi. Inilah
Indonesiaku yang semakin lama semakin meredup. Indonesia kini seringkali
menyebut kemerdekaan yang tidak identik dengan
kemakmuran. Kemerdekaan Indonesia suatu bangsa membutuhkan ongkos pengorbanan
dari para pejuang sebelum kemerdekaan. Mengkorupsi uang pajak, secara egois
menggunakan kesempatan yang disediakan oleh orang lain itu semua kemerdekaan
tanpa hati nurani di konteks yang besar dan luas. Melupakan pengorbanan dan
dukungan rekan kerja, ataupun menganggap remeh orang-orang sekitar yang
mengalah pada kita itu juga kemerdekaan tanpa hati nurani. Ketika kita
menikmati kemerdekaan kita dengan menyakiti orang lain, maka kemerdekaan kita
sebenarnya cuma eksploitasi atas kerelaan, kepercayaan, kecintaan dan
pengorbanan mereka yang mendukung kemerdekaan kita. Selama korupsi masih ada di
negeri Indonesia maka kemerdekaan hanyalah wacana. Peringatan kemerdekaan yang
setiap tahun dikumandangkan tanpa makna apa-apa hanya seremonial belaka karena
pemimpin yang diberi amanah tidak menjalankan yang tertera di UUD 1945. Masalah
bangsa kita adalah seringkali kita kaya semangat tapi miskin dengan konsep.
Bangsa yang besar itu adalah bangsa yang semakin jauh ia berjalan, semakin
dekat ia mencapai cita – cita pendiri dari bangsa Indonesia. Karena kemerdekaan
itu soal hati nurani, bukan cuma kebebasan! Maka dari itu Indonesia kini
meredup. Bangsa Indonesia mengalami
kemunduran jika korupsi dimasukkan kategori pidana umum. Dengan indeks prestasi
yang masih berada di peringkat bawah, tidak wajar mengembalikan korupsi ke
pidana umum. Maka dari itu Indonesia ini hendaklah Move on dari keterpurukan
bangsa ini. Indonesia semakin hari semakin meredup, padahal semua warga negara
Indonesia tidak mengharapkan Indonesia meredup. Terlalu banyak
yang harus dibenahi di Negara Indonesia, namun sekali lagi pembenahan itu harus
benar-benar terjadi. Kita sudah jauh berlayar. Ibarat sebuah kapal, kita sudah
berada di tengah lautan. Angin dan ombak perubahan hebat menghantam, sementara
daratan yang makmur belum tampak. Jangan sampai angin dan ombak menghempas dan
menenggelamkan kita. Jika diam, kita akan tenggelam. Jadi tak ada kata lain
selain berbenah dan terus berlayar. Meski demikian angin perubahan tak boleh
dianggap musuh, karena bagaimanapun perubahan tak dapat dipungkiri. Namun,
marilah kita menjadikan perubahan sebagai teman, sebagaimana para pendahulu
kita, para pelaut tangguh yang bersahabat dengan ombak. Janganlah pernah
menyebut kemerdekaan
Bangsa Indonesia ini yang tidak identik dengan kemakmuran, kemerdekaan itu soal
hati nurani, bukan cuma kebebasan! Maka dari itu Indonesia kini harus bebas
dari keredupan.
Karya Informatic Writting Experience ITS 2014 (IWX 2014)
- Graha Permana, Universitas Diponegoro -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar