Skala kepemimpinan profetik dapat memprediksi
kepemimpinan transformasional yang dinyatakan oleh Budiharto dan Himam (2006).
Dari pernyataan yang dinyatakan dalam penelitian ini timbul pertanyaan yaitu
adakah hubungan antara kepemimpinan profetik dengan kepuasan kerja? Karena
kepemimpinan profetik yang dulu pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
para Sahabat r.a, terbukti dapat mengubah dunia secara global, bukan hanya
masyarakat Mekkah dan Saudi Arabia. Beliau dapat menjadi pemimpin / khalifah
yang selama ini mungkin hanya impian pada masyarakat pada zaman itu, dimana pada
zaman itu banyak raja-raja / penguasa-penguasan dzalim yang memerintah suatu
negara atau wilayahSemasa kepemimpinan Nabi dan para Sahabat, Islam dapat
berkembang dengan sangat pesat, sampai ke dataran Eropa.
Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap
terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya
bermacam-macam. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta
harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Kepemimpinan profetik adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain mencapai tujuan sebagaimana
para nabi dan rosul / prophet melakukannya perubahan fungsi kepemimpinan
dalam organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pemimpin seharusnya
berusaha untuk membuat jalan ke pelaksanaan kerja terbaik lebih mudah, dengan
memberikan dukungan psikologis kepada bawahan yang merasa tidak senang,
tertekan, atau mendapatkan pekerjaan yang membosankan kepemimpinan profetik
dapat
memprediksi
kepemimpinan transformasional.
Para pemimpin yang dilahirkan dalam
sistem politik saat ini lebih mementingkan kepentingan diri sendiri, kelompok,
partai atau golongannya daripada kepentingan bangsa secara keseluruhan.
Akibatnya kebijakan-kebijakan publik di Indonesia lebih berpihak pada
kepentingan golongan elite yang lebih mereprensentasikan kepentingan asing, sedangkan
dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut lebih diwarnai dengan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kepemimpinan profetik berhubungan
dengan kepuasan kerja. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi
contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi,
kemudian kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan
tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan
melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu. Aspek
kepemimpinan profetik yang menunjukkan adanya hubungan dengan kepuasan kerja
adalah aspek amanah (terpercaya, bertanggung jawab). Aplikasi dari
amanah dalam dunia kerja adalah dengan bersikap professional dan bertanggung
jawab terhadap semua orang yang berada dalam satu perusahaan termasuk karyawan
yang bekerja. Dengan bersikap professional dan bertanggung jawab baik berupa
perhatian seperti pengawasan, penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi
dan peringatan yang tegas terhadap karyawan yang melanggar peraturan, akan
membuat kepuasan kerja karyawan meningkat karena karyawan merasa hasil kerjanya
dihargai oleh atasannya
Pemimpin berkecerdasan sosial
tinggi menempatkan diri sebagai manusia biasa dengan tanggung jawab
sosial-politik yang setiap saat tampil bersama rakyat dan umat yang dipimpin.
Pemimpin yang terus membuka diri berdialog dengan rakyat tanpa aksesori
protokoler yang sering menjadi penghalang rakyat berhubungan langsung dengan
sang pemimpin. Pemimpin berkecerdasan sosial tinggi itulah yang disebut
pemimpin profetik yang menyatu dengan jiwa rakyat dan umat.
Secara sosiologis ia berbeda dengan
pemimpin imam yang lebih cenderung mengurusi Tuhan utopis sehingga tidak jarang
menjadikan umatnya sebagai tumbal surgawi. Di mana posisi pemimpin profetik
dalam berbagai survei tentang calon presiden negeri ini? Sayang, survei-survei
yang dilakukan berbagai lembaga belum memasukkan kecerdasan sosial sebagai
salah satu variabel yang patut dilacak dalam dunia empirik. Kendati demikian,
bukan berarti namanama yang beredar dalam berbagai survei tidak ada yang
memiliki kecerdasan sosial tinggi.
Kecerdasan inteligensi seseorang
tidak menjamin yang bersangkutan berhasil menjalani hidup sosialnya. Sukses
sosial seseorang dengan kecerdasan inteligensi tinggi masih
memerlukankecerdasanemosional agar bisa berkomunikasi dengan orang lain atau
kelompok lain secara lebih baik. Namun, bagi orang yang menghadapi persoalan
rumit yang belum pernah dihadapi sebelumnya yang membutuhkan sikap dan daya
kritis tinggi, kecerdasan lain yang dikenal sebagai kecerdasan spiritual
diperlukan. Kemampuan orang yang
memiliki kecerdasan spiritual disebut para ahli sebagai fungsi variabel “Titik
Tuhan” atau “God Spot”. Mereka yang memiliki kepedulian sosial tinggi sekaligus
dikaruniai “Titik Tuhan” karena mampu menerobos melampaui tradisi (birokrasi
dan lainnya) menyatu dengan jiwa rakyat hampir tanpa batas guna mencapai tujuan
kolektif. Itulah pemilik kecerdasan sosial.
Jika perlu, pemimpin profetik itu
melakukan tindakan yang bahkan melampaui tradisi birokrasi menciptakan tradisi
dan tata-nilai baru yang tidak lazim pada zamannya. Indikasi sosok pemimpin
profetik demikian akan terlihat dari respons warga yang muncul dari berbagai
kelompok melampaui batas-batas etnis, keagamaan, dan partai. Seperti seorang
nabi, meski memperoleh mandat Tuhan, ia hidup menyatu dengan sesama sebagai
manusia biasa membangun tradisi baru menerobos melampaui tradisi pada zamannya.
Dalam dunia pewayangan kita kenal tokoh Semar, seorang dewa yang menjalani
hidup sebagai pelayan para ksatria. Kepemimpinan
profetik dipandang sebagai pola kepemimpinan yang paling sukses dalam membentuk
sebuah tatanan kehidupan manusia yang berkualitas. Sebab nilai-nilai
kepemimpinan profetik dapat ditransformasikan ke dalam model kepemimpinan pada
semua lingkup, baik organisasi sosial, organisasi keagamaan, pendidikan, bahkan
tata pemerintahan sekali pun. Dan Muhammad SAW adalah bukti authentic dan riil
sebagai model pemimpin yang berhasil dalam segala aspek kehidupan.
Untuk
mewujudkan sosok pemimpin profetik tersebut tentu butuh kesadaran dari semua
rakyat Indonesia, bahwa setiap individu dari mereka adalah calon pemimpin
profetik yang akan dilahirkan bagi kejayaan bangsa ini. Mereka harus mampu
menanamkan karakteristik pemimpin profetik dalam kehidupannya seperti halnya
yang telah diajarkan oleh para utusan-utusan Allah SWT kepada manusia
seluruhnya. Kini
saaatnya memulai perbaikan dari diri sendiri dengan membiasakan perbuatan dan
perilaku yang baik dan benar, selalu amanah disetiap pekerjaan,sadar akan peran
dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi serta mewariskan
sifat-sifat kepemimpinan profetik. Karena pada dasarnya pemimpin tidak
terbentuk secara tiba-tiba, tetapi pemimpin itu dibentuk dalam proses yang
berkelanjutan dan waktu yang panjang. Pemimpin Porifetik sangat dibutuhkan di
Indonesia agar Indonesia menjadi lebih Jaya.
JUARA 1 LOMBA KARYA TULIS "INSPIRING PROPETHIC LEADER" 2014
- Senin, 14 APRIL 2014 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar