Minggu, 25 November 2012

FISIOLOGI HEWAN SISTEM ENDOKRIN


SISTEM ENDOKRIN
MENENTUKAN HCG (Human Chorionic Gonadotropin) DALAM URIN

I.         TUJUAN
1.1 Mahasiswa mengetahui prinsip dan cara-cara menentukan HCG dalam urin secara kualitatif.
1.2 Mahir dan terampil menggunakan alat test pack untuk mengadakan percobaan menentukan HCG di dalam urin.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Reproduksi
Menurut Diah (2007), reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan, setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu, seksual dan aseksual.
Reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual (Diah, 2007).
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual (Diah, 2007).

2.2  Hormon yang Mempengaruhi Reproduksi
Menurut Pearce (1989), hormon-hormon reproduksi adalah sebagai berikut :
1.    Estrogen
         Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
2.    Progesterone
         Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.
3.    Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Apabila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
4.    FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
 Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Folikel yang matang akan dikeluarkan dari ovum. Folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

2.3  Periode Kehamilan
Menurut Harlod (1979), proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia janin sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya.
Proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi dalam dunia kedokteran. Masing-masing fase tersebut disebut trimester. Berikut adalah perkembangan janin pada tiap-tiap trimester menurut usia janin, yaitu sejak konsepsi sampai kelahiran (38 minggu).
fase-germ-dan-embrio 

 



                                                Fase Kehamilan (Harlod, 1979)
Harold (1979) menjelaskan fase-fase dalam proses kehamilan dan yang terjadi di dalamnya sebagai berikut:
Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)
1.    Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
a.              Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir.
b.             Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
2.    Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
a.              Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.
b.             Mata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
c.              Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar
3.    Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
a.               Semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait.
b.              periode-fetusAktivitas otak sangat tinggi.
Fase Perkembangan Bayi Saat Kehamilan (Harlod, 1979)



Trimester kedua (Minggu 12 – 24)
a.             Minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
b.             Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21
c.             Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup.
d.            Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.

Trimester ketiga (24 -40)
a.             Semua organ tumbuh sempurna
b.             Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‘nendang’, ‘nonjok’) serta periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
c.             Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
d.            Bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.
e.             Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.

2.4  HCG
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta dalam kehamilan. Selama plasenta belum terbentuk, hormon ini dihasilkan sel-sel fungsi tropoblas. Setelah umur kehamilan memasuki 12-13 minggu, hormon HCG  ini dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini bersifat mempertahankan korpus luteum di dalam tubuh, yakni jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron. Hormon progesteron ini berfungsi untuk memelihara atau mempertahankan proses kehamilan, sedangkan korpus luteum ini ditunjang keberadaannya oleh HCG (Reviany, 1986).
Apabila terdapat HCG dalam urine , HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi (Pearce , 1997 ). 































III.   METODOLOGI
3.1  Alat
                                      1.         Botol
                                      2.         Test pack
3.2  Bahan
                                      1.         Urine normal
                                      2.         Urine ibu hamil usia trimester awal
3.3  Cara Kerja
                                      1.         Urin pertama pagi hari pada ibu hamil umur 1-3 bulan dikoleksi/ditampung dalam botol bersih dan kering.
                                      2.         Kemasan aluminium foil dari test pack dibuka, strip dikeluarkan kemudian dicelupkan dalam sampel urin sampai batas maksimum selama 30 detik (setengah menit).
                                      3.         Strip diangkat dari sampel urin yang diuji dan diletakkan di tempat kering. Setelah 2-3 menit akan keluar hasil dari tes yang dilakukan.
                                      4.         Apabila strip muncul satu garis indikator berarti hasil negatif (tidak ada kehamilan) dan apabila pada strip muncul dua garis indikator berarti hasil positif (hamil).
                                      5.         Test diulangi pada urin ibu hamil pada temperatur di bawah temperatur kamar.












IV.   HASIL PENGAMATAN
No.
Urine
Garis Indikator
Gambar
Warna Garis
Indikator
Keterangan
1.
Urine 1
Satu garis
Merah muda







Tidak hamil (-)
2.
Urine 2
Dua garis
Merah muda







Positif hamil


















V.      PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dan cara-cara menentukan HCG dalam urin secara kualitatif serta mahir dan terampil menggunakan alat test pack untuk mengadakan percobaan menentukan HCG di dalam urin. HCG merupakan singkatan dari Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yaitu sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta dalam kehamilan yang berfungsi untuk mempertahankan korpus luteum. Urine yang diujikan ada dua jenis, yaitu urine 1 sebagai kontrol dan urine 2 dari seorang ibu hamil.
Cara pengujiannya adalah dengan menampung kedua jenis urine dalam wadah yang bersih dan kering secukupnya. Alat test pack yang berupa strip dikeluarkan dari kemasannya kemudian dicelupkan ke dalam urine sampai batas maksimum selam 30 detik. Strip diangkat dan diletakkan di tempat yang kering. 2-3 menit hasil dari tes tersebut akan terlihat.
Urine pertama menunjukkan bahwa garis indikator yang muncul hanya satu dan berwarna merah muda. Hal ini menandakan bahwa wanita tersebut tidak hamil (hasil negatif). Urine tersebut tidak mengandung hormon HCG.
Urine kedua menunjukkan garis indikator yang muncul ada dua dan berwarna merah muda. Hal ini menandakan bahwa wanita tersebut positif hamil dan urin mengandung HCG. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murray et al., (1999) bahwa HCG dalam urine akan diketahui pada wanita hamil karena HCG terbentuk hanya pada wanita yang sedang hamil. Urine yang diujikan ini berasal dari seorang ibu hamil yang usia kandungannya memasuki trimester awal (satu sampai tiga bulan) karena produksi HCG mencapai puncaknya padad minggu ke-14. Semakin bertambahnya usia kehamilan maka produksinya akan menurun secara gradual. Periode trimester awal menurut Harold (1979) dibagi menjadi tiga yaitu periode germinal (Minggu 0 – 3), periode embrio (Minggu 3 – 8 ), dan periode Fetus (Minggu 9 – 12).
Adanya warna indikator yang berwarna merah muda dan berjumlah dua garis ini disebabkan oleh tertambatnya antibodi pada media tes. (Pearce, 1997). 
Uji kehamilan ini sangat tergantung pada kerja sama antibodi dan antigen. HCG dalam urine berisi dua reagen, pertama adalah suspensi partikel lateks yang dilapisi atau terikat secara kovalen dengan HCG dan yang lain berisi larutan antibodi HCG. Apabila terdapat HCG dalam urine, HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Uji kehamilan positif, apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi (Murray et al, 1999). 
Fase kehamilan bulan ketiga dan keempat, korpus luteum masih menghasilkan hormon estrogen dan progresteron. Kedua hormon tersebut mempunyai peranan dalam mengatur dinding uterus sehingga siap untuk menerima implantasi dan memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh zigot yang sedang berkembang (Harold, 1979).
Fase ini juga sudah terjadi rangsangan pada kelenjar susu, sehingga pada saat diperlukannya sudah siap berfungsi. Fungsi korpus luteum selanjutnya diganti oleh plasenta yang menghasilkan hormon yang diperlukan untuk kehidupan janin dalam rahim. Hormon HCG (Human Chorionic Ganadotropin) yang bekerja dari hari kedelapan sampai minggu kedelapan kehamilan dapat digunakan untuk mengetes kehamilan, karena hormon tersebut dijumpai dalam urine orang yang hamil. Hormon lain yang dihasilkan oleh plasenta adalah hormon yang mempengaruhi kerja kelenjar susu untuk mengatur metabolisme ibu yang hamil, sehingga apa yang dibutuhkan ibu bisa dikurangi dan disalurkan kejanin, dan juga untuk mempersiapkan kebutuhan energi bagi ibu. Hormon penting lain yang juga dihasilkan plasenta adalah relaksin yang mempengaruhi fleksibilitas simfisis pubis dan organ-organ lain di daerah tersebut sehingga mempermudah kelahiran (Kimball, 1994). 















VI.   SIMPULAN
6.1  Kandungan HCG (Human Chorinic Gonadotropin) dalam urine ditunjukkan dengan adanya dua strip pada test pack yang berwarna merah muda sedangkan pada urine wanita tidak hamil (urine normal) menunjukkan satu strip berwarna merah muda.
6.2  Alat test pack digunakan dengan mencelupkan strip sampai batas maksimal di dalam urine dan didiamkan selama 30 detik, agar memperoleh hasil yang akurat.

















DAFTAR PUSTAKA
Diah, A. 2007. Biologi 2. Erlangga. Jakarta.
Harlod, A. H. 1979. Review of Physiological Chemistry. Diterjemahkan oleh Martin
Muliawan. Buku Kedokteran E. G. C. Jakarta.
Kimball. 1994
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Gramedia. Jakarta. 
Pearce, E. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Gramedia. Jakarta. 
Reviany, W & Hartini, S. 1986. Fisiologi Hewan Jilid 1. Institut Pertanian Bogor. Bogor.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar